Rabu, 15 Desember 2010

(http://bambangkesit.staff.uii.ac.id/2010/06/22/) Sebuah Catatan pinggir......



A.  PENDAHULUAN
Di Perguruan Tinggi, seorang dosen memegang peran  sangat penting bagi kemajuan institusinya. Hal ini telah lama disadari oleh dosen itu sendiri. Kesadaran ini ditunjukkan oleh upaya-upaya pribadi untuk manjadikan dirinya memiliki kompetensi dan kepakaran yang sesuai dengan minat dan bidang yang ditekuni. Dia menjadi terkenal di masyarakat tentang kepakarannya tersebut. Banyak presentasi di berbagai seminar yang semakin menunjukkan kepakarannya sehingga dikenal luas di masyakarat. Adakah kontribusi dosen tersebut terhadap kualitas pembelajaran di perguruan tinggi tempat dosen tersebut bernaung? Jawabnya, ada. Karena perguruan tinggi tempat dosen berasal jadi semakin dikenal luas oleh masyarakat. Banyak mahasiswa yang bangga karena diajar oleh dosen yang sangat terkenal dan dikenal di masyarakat luas. Akhirnya, banyak mahasiswa termotivasi untuk dapat bercita-cita ingin menjadi seorang dosen yang terkenal tersebut. Semakin banyak perguruan tinggi tersebut memiliki dosen-dosen pakar yang terkenal, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi. Kuliah selalu penuh, banyak seminar dan diskusi terjadi. Debat kepakaran antar dosen melingkupi atmosfir akademik di perguruan tinggi tersebut, mahasiswa pun terbawa suasana akademik yang baik tersebut, sungguh sangat membanggakan. Dimana-kah, letak keberhasilan seorang dosen dalam meningkatkan kualitas mahasiswanya?
B. GOAL-CONGRUENT DOSEN DAN PERGURUAN TINGGI
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, artikel ini ditulis. Entah disdasari atau tidak seorang dosen memiliki ego-akademik yang tinggi, salah satu wujud dari sikap ini adalah adanya “mimbar kebebasan akademik”.  Mengapa, mengatur dosen itu menjadi sangat sulit ? Itulah jawabannya karena dosen memilki ego-akademis yang tinggi. Aktualisasi seorang dosen jadi dirinya sendiri dengan kepakarannya menjadi tinggi. Kepakaran kadang justru membuat kotak-kotak yang sulit disatukan, walau bernaung dalam perguruan tinggi yang sama. Tidak terjadi goal-congruent, tidak ada keselarasan tujuan antara visi,misi dan tujuan pribadi dengan visi, misi dan tujuan institusi. Bermula dari disinilah permasalah kualitas perguruan tinggi timbul. Pemahaman visi, misi dan tujuan institusi yang diturunkan dalam sasaran mutu institusi seharusnya dipahami dan dimengerti sehingga menjadi acuan dan arah dari seorang dosen dalam mengabdikan kepakarannya untuk mencapai sasaran mutu perguruan tingginya. Untuk memahamkan pemikiran yang demikian ini tidaklah mudah. Tidak jarang terjadi perdebatan panjang dan menguras energi, sehingga sangat melelahkan.
Dulu, dosen terkenal dan popular diluar institusi adalah suatu kebanggaan dan dianggap suatu yang luar biasa (atau dosen biasa diluar?). Namun, di era sekarang muncul pameo  baru “dosen terkenal biasa, mahasiswa terkenal luar biasa”.  Suatu hal yang biasa kalau dosen terkenal, wajar karena jam terbangnya banyak dalam kepakarannya. Namun, jika mahasiswa menjadi terkenal di luar kampus karena prestasinya menjadi suatu hal yang luar biasa. Karena akan menjadi pertanyaan” bagaimana dan dimana  mahasiswa tersebut dalam kuliah, belajar dan siapa yang membimbing sampai bisa berprestasi tersebut? Mungkinkah dosen yang biasa di luar mampu menghasilkan mahasiswa yang berprestasi ? Jika, tidak jawabnya, maka bagaimana dosen bisa meningkatkan kualitas pembelajaran mahasiswa sehingga mampu mencapai sasaran mutu program studi dan perguruan tingginya? Bila, ya jawabnya. Dimanakah letak peran dosen agar mampu meningkatkan kualitas pembelajarannya sehing-ga peran tersebut memang benar-benar berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran mutu perguruan tingginya.
C. SISTEM PEMBELAJARAN
Perkembangan model pembelajaran saat ini telah maju pesat. Dari model yang memfokus-kan pada teacher center beralih ke arah  student center.  Banyak perguruan tinggi yang telah melalukan proses pembelajarannya dari teacher center ke student center, meskipun demikian tidak semua perguruan tinggi tersebut secara nyata melakukan proses pembe-lajaran yang student center. Botol boleh beda tapi isi tetap sama. Inilah yang terjadi. Mengapa demikian, ternyata paradigm para dosennya belum bisa berubah. Hal ini banyak dijumpai dalam praktek-praktek mengajar dikeseharian, dosen masih mendominasi dalam proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran ditentukan oleh hasil akhir ujian.  Sistem pembelajaran student center membutuhkan perubahan paradigma para pelaku pembe-lajaran baik dosen maupun mahasiswa.  Dosen berperan sebagai fasilitator dan motivator, sedangkan mahasiswa berperan sebagai pelaku  pembelajar aktif dan mandiri. Kedudukan dosen bukan satu-satunya sumber materi pembelajaran namun sebagai salah satu   sumber materi pembelajaran,  dan kedudukan mahasiswa sebagai pengguna materi pembelajaran.
D. PARADIGMA DOSEN
Peran dosen dalam sistem pembelajaran student center ini, lebih banyak sebagai penyedia jasa pembelajaran  atau provider pembelajaran. Karena peran  provider inilah, maka seorang dosen harus mengubah paradigmanya.  Proveider akan ditinggal oleh customernya jika tidak mampu memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggannya.  Jasa layanan yang mampu memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggan disebut jasa yang berkualitas. Agar kualitas layanan terjaga konsistensinya, maka semua proses harus terstandar dalam sebuah sistem. Kualitas jasa pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi terletak pada tingkat keterserapan lulusan atau alumninya di masyarakat. Jika dosen mampu menyediakan sumber pembelajaran dan mampu menjaga proses penyampaian secara konsisten, sehingga mampu memenuhi kepuasan dan kebutuhan mahasiswanya sesuai yang dijanjikan dalam buku panduan akademik, maka dosen  tersebut dianggap berkualitas dan profesional.   Oleh karena itu, seorang dosen harus memiliki paradigm customer focus, process  systems  dan corporate management  result institution.
Corporate management result institution, maksudnya seorang dosen tidak hanya berfokus pada hasil yang diperoleh secara individu tetapi harus berpikir ke arah capaian hasil secara institusi (corporate). Prestasi seorang dosen tinggi secara individu tidaklah  ada artinya jika tidak searah dengan tujuan, misi dan visi institusi. Demikian pula, dalam hal pembelajaran. Seorang dosen harus mampu mengelola mata kuliah yang jadi tanggungjawabnya yang hasilnya diorientasikan kepada capaian sasaran mutu program studi, sasaran mutu fakultas dan pada akhirnya pada sasaran mutu universitas.
E. SASARAN MUTU PEMBELAJARAN
Langkah-langkah yang perlu untuk dapat merealisasikan ini, diawali dengan desain dari kuri-kulum, proses pembelajaran sampai dengan standar penilaiannya. Penyusunan disain kuriku-lum diarahkan pemenuhan kepuasan dan kebutuhan pungguna.  Pelaksanaan pembelajaran dibagi dalam beberapa tahapan aktivitas belajar.  Di setiap tahapan aktivitas belajar ditetap-kan indikator capaiannya, dan indikator-indikator capaian ini menjadi komponen dasar peni-laian.  Berdasar komponen penilaian ini, maka dapat ditentukan dan ditetapkan nilai akhir mahasiswa. Untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang dosen dalam proses pembelajaran, maka diperlukan sasaran mutu pembelajaran dari mata kuliah yang diampunya.
Jika setiap dosen pengajar menyusun sasaran mutu pembelajaran yang dilakukan di setiap semester maka secara keseluruhan proses di suatu program studi dapat diketahui. Berdasar sasaran mutu pembelajaran ini maka program studi mampu menilai tingkat keberhasilan proses pembelajaran semua mata kuliah yang diselenggarakan.  Bila semua dosen telah me-lakukan demikian, sasaran mutu pembelajaran ini dapat ditingkatkan lagi menjadi sasaran mutu pembelajaran untuk program studi. Selanjutnya, ke tingkat fakultas dan pada akhirnya ke tingkat universitas. Di sinilah letak peran dosen dalam meningkatkan capaian sasaran mutu universitas atau perguruan tinggi. Dengan kata lain, peran dosen dalam meningkatkan capaian sasaran mutu universitas diawali dengan menyusun sasaran mutu pembelajaran mata kuliah yang diampunya.  Sasaran mutu pembelajaran ini perlu dituangkan dalam pedoman perkuliahan untuk mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa pun mengetahui dan mampu melakukan kontrol terhadap dosen dalam mengajar.
F. PENUTUP
Demikian, sekelumit pemikiran peran dosen dalam rangka meningkatkan capaian sasaran mutu perguruan tingginya. Namun, demikian dalam implementasinya perlu memperhatikan kondisi dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh perguruan tinggi masing-masing.

Tidak ada komentar: